Senin, 16 Mei 2011

Cintaku kandas karena wc

Seorang gadis tinggal pada sebuah desa yang terpencil dan jauh dari tekhnologi, bernama Desa Raono Kecamatan Ojongono Kabupaten Raiso. Namun dia adalah anak orang paling kaya di padepokannya,,,eitz di desanya maksudnya. Dia bernama Ajeng, kecantikan dari gadis ini memang tak diragukan lagi. Bahkan kelahirannya sempat menggegerkan dunia persilatan,haaaaa (lebayy). Nama Ajeng diambil karena ada suatu makna yang sangat tersirat indah Ajeng = Anak Jengkol. Yapsss,,dia adalah anak pengusaha jengkol di desanya. Keren kan,,,,,,!!!!
Orang tuanya memimpikan anaknya dapat bersekolah setinggi mungkin, akhirnya mengirimnya ke Kota dan mengenyang perkuliahan disana, sebuah Kota yang indahpun dipilih yaitu Kota Purwokerto (sambil promosi). Ajeng yang notabene pendiem, hanya berdiam diri di tengah lingkungan barunya dengan teman- teman yang asing pula (makhluk asing kale,,kaya alien ajah). Seorang pria mendekatinya dan mengajak berkenalan. Seorang yang gagah, dengan rambut lurus berdiri tegak dah kaya tusuk sate, berbadan tinggi besar kaya genderwo, dan kulit yang putih bersih kaya bajunya tante Kunti (klo anda sudah gag mampu, lambaikan tangan saja ke kamera).Namanya Astan ( Bukan Anak Setan lowhh), dia adalah anak seorang Bupati. Ajeng yang sedikit malu- malu menjulurkan tangan untuk bersalaman dan berkenalan.
Semakin lama merekapun semakin akrab dan akhirnya Astan mengungkapkan perasaan suka kepada Ajeng. Ajeng yang belum pernah pacaran seumur hidupnya dengan sedikit malu- malu beruang ( Ahiii,,,hi,hi,hiiiii,,,= Bernard) menerima cinta Astan.
Libur smester tiba, Ajeng yang sudah kangen dengan semur jengkol masakan ibunya bercerita ke Astan kalo dia pengen pulang kampung. Lalu Astan pun memutuskan mengantar Ajeng pulang.
Setiba di rumah Ajeng, dia memperkenalkan Astan ke orang tuanya. Wah langsung deh ibu mengeluarkan resep andalan “Semur Jengkol”. Disuguhinya semur itu ke Astan. Astan terdiam sejenak karena merasa gag enak kalo masakan tersebut gag dimakan,padahal Astan adalah anggota Persatuan Anti Jengkol Indonesia ( just kidding) akhirnya dimakannya semur itu. Selang beberapa lama perut Astan yang kualitasnya tinggi itu mules- mules memakan semur. Astanpun bertanya ke bapak Ajeng letak WC, dan dengan cepat bapak menjawab, “adannya jamban umum, disana nak”. Astan terdiam dan, akhrinya membatalkan niat dan lebih memilih untuk menahan rasa mulesnya itu. Astan yang izin pulang, akhirnya ngomong ke Ajeng, bahwa dia ingin putus. Alesannya sih macem-macem padahal itu karena Astan gag bisa mbayangin jika harus mengantar Ajeng pulang dan disuguhi masakan andalan ibunya yang membuatnya mules dan akhirnya menahan mules tersebut karena gag bisa BAB di jamban umum.
Karya : Untung Riyadi ( Keling PWT Tingkat II Reguler B)

Kamis, 12 Mei 2011

DIES NATALIS-X POLTEKKES KEMENKES SEMARANG, KESLING TOREHKAN TINTA EMAS


POSKKAT (Pekan Olahraga dan Seni Keluarga Kampus Tujuh) yg baru-baru ini digelar telah memunculkan bibit-bibit atlit berkualitas dan diharapkan mampu bersaing di ajang bergengsi Dies Natalis Poltekkes Kemenkes Semarang. Dengan berbagai macam pertimbangan terpilihlah 42 mahasiswa sebagai Kontingen Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto. Jadwal latihan yg telah disusun sedemikian rupa, ternyata tak sejalan dengan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan jadwal kuliah mahasiswa Tingkat 1 dan Tingkat 2 yang padat, mahasiswa Tingkat 3 yang selama sebulan penuh magang di lokasi yang cukup jauh dari kampus, dan mahasiswa D4 yang hanya bisa ditemui pada hari-hari tertentu saja, serta cuaca yang kadang kurang mendukung membuat jadwal latihan menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Bermodalkan tekad kuat meski tanpa latihan, kontingen JKL terus maju pantang mundur untuk turut serta dalam Dies Natalis-X ini.
Pengukuhan dan Pelepasan Kontingen dilaksanakan tanggal 21 April 2011 dengan dihadiri oleh Kajur Kesling, PJ Kemahasiswaan JKL, official, dan seluruh kontingen. Dalam sambutannya, Kajur berpesan “bawalah nama baik Kesehatan Lingkungan, tetap jaga sportivitas dan jangan pernah malu untuk menunjukkan identitas kita sebagai orang kesehatan Lingkungan, tunjukkan bahwa kita bisa!”
Upacara pembukaan Dies Natalis dilaksanakan mulai pukul 08.00 Wib di Kampus VI Prodi DIII Keperawatan Pekalongan. Selesai upacara ditampilkan yel-yel dari setiap prodi. Dalam yel ini, kontingen JKL mengenakan pakaian Wearpack sebagai identitas kami yaitu sanitarian (hanya ada di JKL, ^^). Selesai yel, setiap kontingen bersiap untuk mengikuti mata lomba masing-masing. Semangat…..!!!
Hari ketiga di Pekalongan dihabiskan dengan jalan sehat dan parade band, serta acara yang paling ditunggu yaitu pengumuman kejuaran. Tak disangka dan tak diduga, Kontingen JKL mendapat 6 buah piala (Juara 1 badminton putra, Juara 1 role play, juara 1 voli putri, juara 2 KTI, juara 2 tenis meja putra, dan juara 2 yel-yel). Kejutan tak selesai sampai disitu, di akhir pengumuman terdengar bahwa Juara Umum Dies Natalis-X adalah dari JKL Purwokerto. Takjub, bangga, dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME. Perjuangan kami tak sia-sia. Perjuangan kami berbuah manis. Ini semua kami persembahkan untuk JKL tercinta. Semoga tahun depan keceriaan ini akan terulang.
Ada pengukuhan kontingen, tentu ada pembubaran kontingen. Dengan melihat jadwal yang ada, akhirnya disepakati bahwa syukuran dan pembubaran Kontingen dilaksanakan tanggal 29 April di RM Minawisata Baturaden. Acara yang dihadiri Pembantu Direktur 2 (Pudir 2), Kajur Kesling, Kaprodi DIII, Kaprodi DIV, beberapa dosen, official, dan seluruh kontingen ini cukup sederhana namun terasa sekali nuansa kekeluargaan. Dengan demikian selesailah tugas para Kontingen JKL ini. Semoga kesuksesan ini akan terus berlanjut di tahun-tahun mendatang.. Bravo JKL...!!!!!

Template by : kendhin x-template.blogspot.com